Banner Bawah

Pembangunan Fisik Jatiluwih Hancurkan Nilai Budaya Ribuan Tahun

Artaya - atnews

2019-04-27
Bagikan :
Dokumentasi dari - Pembangunan Fisik Jatiluwih Hancurkan Nilai Budaya Ribuan Tahun
 Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Dr Gede Sedana 

Denpasar, 27/4 (Atnews) - Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Dr Gede Sedana menilai investasi ekonomi melalui pembangunan fisik di Kawasan Jatiluwih menghancurkan nilai-nilai budaya yang telah tumbuh sejak ribuan tahun lalu.
“Sebaiknya Jatiluwih dipertahankan, dilestarikan  dan dikembangkan dengan pendekatan yang mengutamakan social capital (modal sosial),” kata Sedana di Denpasar, Sabtu (27/4).
Hal itu disampaikan menyikapi polemik salah satu budaya warisan dunia (world heritage) namun terancam dicabut akibat berubah kawasan tidak sesuai aslinya dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) akibat ditenggarai adanya pembangun helipad.
Oleh karena itu, segala pembangunan fisik yang mengatasnamakan pembangunan penunjang pariwisata tidak perlu dikembangkan di dalam Kawasan Jatiluwih. 
Nilai nilai budaya pertanian harus semakin diperkuat karena dari sinilah kekuatan ekonomi masyarakat akan tumbuh walaupun tanpa menginvestasikan kekuatan ekonomis dengan membangun berbagai fasilitas.
“Sangat diperlukan adanya suatu lembaga pengelola warisan budaya dunia, bukan pengelola pariwisata yang ujung-ujungnya akan terkesan adanya distribusi dan alokasi keuntungan ekonomis,” ujarnya.
Bahkan dikhawatirkan akan menggerus nilai nilai budaya pertanian sebagai dasar dari pengakuan warisan budaya dunia.
Diperlukan juga adanya penguatan kapasitas subak subak yang berada di wilayah Jatiluwih guna semakin meningkatkan modal sosial subak. 
Penguatan kapasitas ini terkait dengan manajemen, organisasi dan administrasi subak selain aspek ekonomis dan teknologi (pertanian dan irigasi). 
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pendampingan, penyuluhan dan pelatihan secara partisipatif di tingkat subak. 
Upaya itu agar menjaga kelestarian sehingga tidak terancam pencabutan oleh UNESCO. (ART/ika)
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : BPS Rilis Penurunan Desa Tertinggal

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Sewa Pertokoan di Dalung

Sewa Pertokoan di Dalung

Desa Wisata Pemuteran, Mengenang Sang Perintis AA Prana (alm) Seorang Social Entrepreuner

Desa Wisata Pemuteran, Mengenang Sang Perintis AA Prana (alm) Seorang Social Entrepreuner

Kenapa Umat Hindu Etnis Indonesia Tak Merayakan Diwali?

Kenapa Umat Hindu Etnis Indonesia Tak Merayakan Diwali?

Festival Bahari di Laut Bondalem, Keren dan Menyejarah

Festival Bahari di Laut Bondalem, Keren dan Menyejarah