Banner Bawah

Beredar Narasi Sepi Wisman ke Bali Jelang Nataru, Koster; Bohong, Saya Punya Data

Admin 2 - atnews

2025-12-24
Bagikan :
Dokumentasi dari - Beredar Narasi Sepi Wisman ke Bali Jelang Nataru, Koster; Bohong, Saya Punya Data
Pariwisata Bali sepi (ist/Atnews)

Denpasar (Atnews) - Heboh narasi beredar di media sosial soal menyebut pariwisata Bali sepi kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) menjelang libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. 

Apalagi Bali menghadapi tantangan isu terkini terhadap persoalan sampah, banjir, macet.

Untuk itu, Gubernur Bali Wayan Koster membantah narasi tersebut.

Koster menegaskan informasi tersebut tidak sesuai dengan data resmi yang dimiliki Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

“Bohong, saya punya data. Setiap hari totalnya (wisatawan) meningkat,” tegas Koster saat ditemui usai Rapat Paripurna DPRD Bali di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Senin (22/12).

Menurut Koster, jumlah kunjungan wisman ke Bali saat ini masih berada pada angka yang stabil dan bahkan menunjukkan tren peningkatan harian. Ia mengungkapkan bahwa rata-rata wisatawan asing yang datang ke Bali mencapai sekitar 17 ribu orang per hari. Secara kumulatif, sejak Januari hingga 16 Desember 2025, jumlah kunjungan wisman telah menembus angka 6,7 juta orang.

Capaian tersebut, kata Koster, sudah melampaui realisasi kunjungan wisman pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 6,3 juta orang. Dengan sisa waktu sekitar dua minggu hingga akhir tahun, ia optimistis target kunjungan 7 juta wisman dapat tercapai. “7 juta ini kan akan naik dia (jumlah wisatawan), masih ada sisa dua minggu,” tandas Politikus dan Ekonom asal Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini.

Menanggapi anggapan bahwa tingginya kunjungan wisatawan tidak sebanding dengan tingkat okupansi hotel, Koster menjelaskan fenomena tersebut dipengaruhi oleh menjamurnya penginapan berbasis Airbnb. Menurutnya, banyak wisatawan memilih menginap di rumah kos atau hunian yang difungsikan sebagai akomodasi tanpa tercatat dalam sistem perhotelan dan tidak membayar pajak hotel dan restoran. “Akibatnya adalah peningkatan jumlah wisatawan tidak sebanding dengan peningkatan hunian hotel dan pajak hotel restoran,” ungkap Koster.

Ia menyebutkan tingkat hunian hotel sebenarnya masih berada pada angka yang cukup baik. Berdasarkan data yang ia sebut, okupansi hotel saat ini berada pada kisaran 60 persen hingga di atas 80 persen, khususnya untuk hotel berbintang di kawasan Nusa Dua. “Saya cek hotel sekarang terendah 60 persen. Yang kayak The Meru, 80 persen. Yang bintang-bintang di Nusa Dua itu 86 persen. Jadi, sebenarnya harusnya lebih tinggi dari itu,” ujar Gubernur Bali dua periode ini.

Koster menambahkan pemerintah pusat juga telah memberi perhatian terhadap persoalan Airbnb. Ia mengaku telah menerima surat dari Menteri Investasi yang meminta Pemerintah Provinsi Bali menyiapkan regulasi berupa Peraturan Gubernur (Pergub) terkait pengendalian penginapan berbasis Airbnb. “Saya sudah mendapat surat dari Menteri Investasi untuk membuat Peraturan Gubernur terkait dengan Airbnb,” sebutnya.

Sementara itu, menanggapi keluhan para pengemudi pariwisata dan pemandu wisata yang menyebut Bali terasa sepi, Koster menilai kondisi cuaca turut memengaruhi pola aktivitas wisatawan. Menurutnya, musim hujan yang disertai banjir di sejumlah wilayah membuat sebagian wisatawan memilih beraktivitas di dalam hotel dibandingkan berkeliling ke destinasi wisata.

Di lokasi yang sama, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Bali I Wayan Sumarajaya menyampaikan pihaknya masih berharap adanya peningkatan kunjungan wisatawan selama periode libur Natal dan Tahun Baru. Ia mengungkapkan sejak 14 Desember 2025, jumlah wisman yang masuk ke Bali telah berada di atas 20 ribu orang per hari. Sementara wisatawan nusantara juga mulai menunjukkan peningkatan sejak 19 Desember 2025.

Sumarajaya mengakui faktor cuaca memiliki pengaruh besar terhadap aktivitas pariwisata. Meski demikian, ia menyebut sejumlah destinasi wisata di Bali telah melaporkan adanya peningkatan kunjungan menjelang libur akhir tahun. “Kita tetap berusaha menciptakan pariwisata berkualitas dan bermartabat. Kita berkoordinasi dengan berbagai pihak, instansi vertikal, perangkat daerah dan kabupaten, termasuk pelaku usaha agar pelayanan kita dalam pariwisata Natal dan Tahun Baru ini bisa lebih bagus,” bebernya.

Ia juga menjelaskan secara umum terdapat kenaikan jumlah wisatawan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2024. Untuk mengantisipasi cuaca ekstrem, Dinas Pariwisata Bali telah melakukan koordinasi lintas sektor dan mengeluarkan imbauan kepada pelaku usaha pariwisata agar menyiapkan standar operasional prosedur (SOP) serta menyosialisasikan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan wisatawan selama musim hujan. “Mungkin kan banyak sumber, saya tidak menjustifikasi. Tetapi mungkin kalau ritme kehadiran wisatawan per tahun memang di Bali ada yang high dan low season,” ujarnya.

Sumarajaya menambahkan secara historis, puncak kunjungan wisatawan di Bali sebenarnya terjadi pada bulan Juni hingga September. Setelah itu, terjadi penurunan secara alami yang relatif stabil dan kembali meningkat menjelang libur Natal dan Tahun Baru. “Memang kita high season ada di Juni, Juli, Agustus, September. Setelah itu memang ada penurunan secara alami. Tapi tidak begitu tajam dan itu biasa dari tahun ke tahun. Nanti menjelang Natal dan Tahun Baru akan naik kembali,” pungkasnya.

Sebagai pembanding, data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Bali dalam rilis terbarunya 1 Desember 2025 menunjukkan kinerja pariwisata Bali secara kumulatif masih berada dalam tren positif. Sepanjang periode Januari hingga Oktober 2025, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang langsung ke Bali tercatat mencapai 5.892.722 kunjungan. Angka ini meningkat sekitar 10,99 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencatat 5.309.360 kunjungan.

Secara kumulatif, wisatawan asal Australia masih menjadi pasar utama Bali dengan total 1.363.535 kunjungan selama Januari–Oktober 2025. Jumlah tersebut menempatkan Australia sebagai penyumbang terbesar wisman ke Bali, disusul India, Tiongkok, Korea Selatan, dan Inggris. 

Dari sisi akomodasi, tingkat penghunian kamar hotel berbintang di Bali selama Oktober 2025 tercatat 64,57 persen. Meski secara bulanan mengalami penurunan, secara tahunan tingkat hunian hotel berbintang justru menunjukkan kenaikan tipis dibandingkan Oktober 2024. Sementara itu, rata-rata lama menginap tamu di hotel berbintang tercatat 2,94 malam, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yang menandakan wisatawan cenderung tinggal lebih lama.

Untuk hotel non bintang, tingkat penghunian kamar pada Oktober 2025 tercatat sebesar 43,95 persen, dengan rata-rata lama menginap 2,58 malam. Meski tingkat hunian masih lebih rendah dibandingkan hotel berbintang, durasi menginap tamu juga mengalami peningkatan secara tahunan. BPS Bali juga mencatat pergerakan wisatawan nusantara masih cukup tinggi. Sepanjang Oktober 2025, jumlah perjalanan wisatawan nusantara tujuan Bali tercatat lebih dari 2,14 juta perjalanan, dengan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar sebagai tujuan utama. (ZZ/002) 
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Riad Tingkatkan SDM lewat Yoga

Terpopuler

Ingatkan OUV, Gaduh Jatiluwih Diakui UNESCO, Dewantama; Pemerintah Ingkar Janji!

Ingatkan OUV, Gaduh Jatiluwih Diakui UNESCO, Dewantama; Pemerintah Ingkar Janji!

Jelang Nataru, Menteri Pariwisata Tinjau Kesiapan Layanan Bandara Soekarno-Hatta

Jelang Nataru, Menteri Pariwisata Tinjau Kesiapan Layanan Bandara Soekarno-Hatta

DPRD Badung Mengucapkan HUT Ke-16 Mangupura

DPRD Badung Mengucapkan HUT Ke-16 Mangupura

Komisi Informasi Bali: Proyek Gunakan Anggaran Negara Wajib Dipublikasikan

Komisi Informasi Bali: Proyek Gunakan Anggaran Negara Wajib Dipublikasikan

UNESCO Subak Jatiluwih: Dari Janji Pelestarian Jadi Ujian Kejujuran Bali di Mata Dunia

UNESCO Subak Jatiluwih: Dari Janji Pelestarian Jadi Ujian Kejujuran Bali di Mata Dunia

Siap Beroperasi Januari 2026 
Pemkot Denpasar Bangun Dua TPS3R Baru

Siap Beroperasi Januari 2026  Pemkot Denpasar Bangun Dua TPS3R Baru