Oleh Jro Gde Sudibya
Hari ini, Selasa, 9 Desember 2025, raina Anggarkasih Medangsia, Puja Wali ring Pura Luur Andakasa, di Selatan Pulau Bali, pemujaan Tuhan Brahma dengan pengurip 9. Ring Pura Goa Lawah di Tenggara Pulau Bali pemujaan Tuhan Maheswara dengan pengurip 8. Ring Pura Luur Uluwatu Ring Nreti (Barat Daya Pulau Bali) pemujaan Tuhan Rudra dengan pengurip 3.
Sekadar mengingatkan, setiap penggantian 2 rah windhu, setiap 100 tahun berlangsung upakara besar di Besakih, Eka Dasa Rudra, pemujaan 11 Tuhan Rudra sebagai Tuhan yang tertinggi, dengan kekuatan "mepralina" sangat dashyat.
Rangkaian upacara di "ring jejer kemiri pura" di atas, mengingatkan kembali akan sikap religius masyarakat Bali, dengan ciri-ciri dasar prilakunya: integritas, pengabdian dan kerelaan berkorban secara berkelanjutan. Religoisitas yang dibumikan membentuk ethos kerja, peradaban dan kebudayaan dalam kurun waktunya yang panjang.
Religiositas yang sekarang menghadapi tantangan, di tengah Bali dihadapkan kepada darurat lingkungan, krisis dan kerusakan lingkungan yang nyaris tak terpulihkan. Perlu perubahan mendasar bagi prilaku manusia Bali, dengan landasan filosofis, prilaku yang melahirkan krisis bukanlah karakter dan sifat yang mampu menyelesaikan krisis.
Diperlukan paradigma baru kehidupan dalam merespos krisis lingkungan dan darurat lingkungan, berbasis nilai: integritas, dedikasi dan kerelaan berkorban.
Prilaku yang kontradiktif, berlawanan, tidak jujur (korup), sarat pamrih, ketidak-relaan berkorban akan membuat kondisi lingkungan alam Bali semakin memburuk.
Tantangan yang harus dijawab pemimpin Bali, tuan-puan penguasa dalam pemahaman agama tradisional diberikan "label" Guru Wisesa nyaris setingkat dengan Tri Guru lainnya: Guru Rupaka, Guru Pengajian dan Guru Swadyaya (Tuhan itu sendiri).
Dalam ungkapan latin dinyatakan "noblige oblige" kehormatan adalah sebuah tanggung-jawab, bukan "aji mumpung" untuk berbuat semena-mena terhadap Alam, mengacaukan tata ruang dan sekadar "lips service" menyangkut kepentingan petani.
Religiositas manusia Bali memasuki batu uji di tengah darurat dan krisis iklim dalam bentuk bencana hidrometrologi yang begitu nyata: banjir bandang, rob dan kebakaran hutan.
*) Jro Gde Sudibya, intelektual Hindu, pengamat: ekonomi, lingkungan dan kecenderungan masa depan.