Denpasar (Atnews) -  I Gusti Putu Tirtayasa meraih gelar Doktor dengan Disertasi berjudul "Pembentukan Karakter Unggul Melalui Pendidikan Kepemimpinan Berbasis Asta Brata (Studi Kasus pada Sistem Pendidikan di SMA Taruna Mandara) di Denpasar, Rabu (22/10).
Disertasi tersebut telah disetujui oleh Promotor, Prof.Dr.Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., dan Kopromotor, Prof.Dr. I Nyoman Alit Putrawan, S.Ag., M.Fil.H. 
Dalam ujian tersebut, I Gusti Putu Tirtayasa dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan, dengan IPK 3,76. Ia tercatat menjadi doktor ke-168 yang dilahirkan UHN I Gusti Bagus Sugriwa.
Adapun para Dewan Penguji di Program Studi Doktor IImu Agama, Program Pasca Sarjana, Universitas Hindu Negeri I Gušti Bagus Sugriwa Denpasar Prof.Dr.Dra. Relin D.E., M.Ag., Dr. Drs. I Nyoman Ananda, M.Ag., Prof. Dr. I Nyoman Yoga Segara, S.Ag M.Hum., Prof. Dr. I Gede Sutarya, SST.Par, M.Ag., Dr. I Gusti Made Widya Sena, S.Ag., M.Fil.H., Dr. I Made Dian Saputra, S.S., M.Si., dan Dr. I Wayan Sujana, S. Ag., M.Ag.
Dalam pemaparannya, I Gusti Putu Tirtayasa menyatakan nilai-nilai Asta Brata tidak hanya hidup sebagai simbol ajaran spiritual, tetapi juga terinternalisasi dalam kultur kepemimpinan di SMA Taruna Mandara.
Menurutnya, karakter unggul peserta didik terbentuk melalui program pembinaan yang menekankan kedisiplinan, tanggung jawab sosial, kecakapan manajerial serta kepekaan terhadap nilai moral dan kebenaran.
"Latar belakang penelitian ini adalah kekhawatiran terhadap krisis kepemimpinan yang tengah melanda berbagai sektor kehidupan, termasuk di ranah pendidikan dan pemerintahan," terang Tirtayasa yang juga Dosen Agama Hindu di Universitas Bali Internasional (UNBI).
Tirtayasa juga selama ini bersama Mangku Pastika, baik saat MP sebagai anggota DPD RI periode 2019-2024 dan saat purna tugas.
Apalagi, tindakan tidak etis seperti korupsi, manipulasi kekuasaan dan hilangnya keteladanan menunjukkan lemahnya karakter moral dan spiritual para pemimpin. 
Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji secara mendalam tiga permasalahan pokok: pertama,  hakekat kepemimpinan Asta Brata scbagaimana tercermin dalam pustaka suci Hlindu; Kedua, spirit Asta Brata diinternalisasi dalan sistem pendidikan kepemimpinan di SMA Taruna Mandara; dan Ketiga,  implikasi kepemimpinan berbasis Asta Brata dalam mencetak generasi pemimpin masa depan yang unggul secara moral, intelektual dan spiritual.
Melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, data diperoleh lewat observasi lapangan, wawancara mendalam dengan pendidik dan peserta didik serta studi dokumentasi terhadap kurikulum, praktek pendidikan dan budaya sekolah. 
Analisis dilakukan secara interpretatif dan reflektif serta diperkuat dengan teori kepemimpinan spiritual dan teori belajar yang mencakup behavioristik, kognitivistik, konstruktivistik dan humanistik.
"Kombinasi teori ini memungkinkan peneliti mengkaji secara utuh bagaimana nilai-nilai kepemimpinan tidak hanya diajarkan secara kognitif, tetapi juga dihidupi melalui keteladanan, pengalaman langsung, serta proses interaksi yang penuh makna dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah," kata Tirtayasa.
Hasil penelitian menemukan bahwa nilai-nilai Asta Brata tidak hanya hidup sebagai simbol ajaran spiritual, tetapi juga terinternalisasi dalam kultur kepemimpinan di SMA Taruna Mandara.
Karakter unggul peserta didik terbentuk melalui program pembinaan yang menekankan kedisiplinan, tanggung jawab sosial, kecakapan manajerial serta kepekaan terhadap nilai moral dan kebenaran.
Temuan ini memperkuat bahwa Asta Brata sebagai ajaran lokal-religius memiliki daya transformasi besar dalam dunia pendidikan modern, khususnya dalam membentuk pemimpin yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas spiritual.
"Penelitian ini juga menegaskan urgensi penguatan kepemimpinan berbasis nilai lokal dan spiritual sebagai upaya strategis membangun bangsa yang bermartabat dan berdaya saing di masa depan," urainya. 
Tirtayasa juga menjelaskan implikasi kepemimpinan Asta Brata dalam upaya mencetak pemimpin masa depan di SMA Taruna Mandara. 
Melalui sistem pendidikan yang dilaksanakan secara disiplin pada lingkungan sekolah, kualitas lulusan menjadi point penting dalam sistem pendidikan kepemimpinan di SMA Taruna Mandara. 
Sebagai upaya mencetak pemimpin masa depan, SMA Taruna Mandara menjadikan "Spirit, Skill, Stamina" sebagai motto utama dalam membentuk karakter siswa secara utuh dituangkan dalam Janji Taruna yang dilapalkan tiga kali sehari, sebelum apel makan bersama maupun Kegiatan besar lain yang diadakan di sekolah. 
"Janji Taruna. Saya, Taruna SMA Taruna Mandara berjanji, tetap bersemangat, disiplin, berani, jujur dan bertanggung jawab. (Spirit). Terus belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh. (Skill). Berdaya tahan dan tidak mengenal menyerah. (Stamina). Taat kepada guru dan peraturan sekolah. Semoga Tuhan melindung saya," jelasnya. 
Internalisasi Nilai Asta Brata membuat para siswa memiliki kedisiplinan, kemandirian, berjiwa visioner, memiliki empati, peduli lingkungan, semangat juang tinggi, fleksible menghadapi tantangan, menjunjung etika, kejujuran dan keadilan. Apalagi, sekolah berasrama menimbulkan tingkat solidaritas tinggi. 
"Kualitas lulusan ini tidak terlepas dari penerapan Spirit Asta Brata selama bersekolah di SMA Taruna Mandara," imbuhnya. 
Berbagai upaya dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai Kepemimpinan Asta Brata dan menjaga kepercayaan masyarakat, salah-satunya dengan menampilkan inovasi melalui 22 program unggulan yang dilaksanakan di SMA Taruna Mandara. 
"Ada 22 program unggulan, diantaranya Program Physical Building Increase, Program Pendidikan Berbasis Kesadaran, Program Rumah Refleksi, Program Kelas Maya, Program Dorm System Orientation, Program Basic Skill Foundation, Program Out Door Performence, Program Self Development, Program Kelompok Taruna Penggemar, Program Extra Academic Time, Program Pendampingan Kelanjutan Studi dan Karir, Program The Calling, Program Trip Up Gathering, Program Leadership, Program Inspirational Leader Visit, Program Kakak Adik Asuh, Program Joy Dream, Program Three Ways Conference, Program One Man One Tree, Program TENSE (Taruna English Course), Program Moming Speech dan Program Safari Project, " rincinya.
Penelitian ini menemukan bahwa implementasi Asta Brata di SMA Taruna Mandara tidak hanya membentuk karakter disiplin dan tanggung jawab, tetapi juga menumbuhkan sikap kepemimpinan reflektif-spiritual, yakni kepemimpinan yang mengakar pada kesadaran batin, nilai-nilai dharma dan kepekaan terhadap kehidupan sosial.
Temuan ini menegaskan, bahwa pendidikan berbasis Asta Brata di lingkungan militeristik, seperti SMA Taruna Mandara tidak menghasilkan pemimpin yang keras dan otoriter sebagaimana sering distereotipkan, tetapi justru melahirkan pemimpin yang berjiwa spiritual, mampu mengevaluasi diri dan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai kebaikan bersama. 
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, metode penelitian, data dan analisis data sesuai dengan teori-teori yang digunakan, serta motto 3S (Spirit, Skill, Stamina), maka temuan hasil penelitian, bahwa sistem Pendidikan SMA Taruna Mandara menggunakan spirit teologis ajaran Asta Brata yang bersumber dari teks-teks Hindu berhasil mentransformasikan peserta didik menjadi pemuda-pemuda Percaya Diri (PD). 
Internalisasi nilai-nilai Asta Brata yang dilakukan melalui kegiatan rutin, keteladanan guru, dan pengalaman langsung dalam memimpin kelompok. Nilai-nilai ini tidak sekadar diajarkan, tetapi dihidupkan dalam keseharian siswa.
"Penemuan ini menunjukkan bahwa pendidikan karakter tidak cukup dengan pembelajaran kognitif semata, tetapi harus berbasis pengalaman," sebutnya. 
Untuk itu, dapat disimpulkan, bahwa hakikat kepemimpinan Asta Brata sebagaimana termuat dalam berbagai pustaka suci Hindu seperti Ramayana, Mahabharata, Manawa Dharmasastra, merepresentasikan nilai-nilai luhur kepemimpinan yang bersumber dari alam semesta dan diterjemahkan ke dalam delapan watak utama yang harus dimiliki seorang pemimpin yang merupakan manifestasi nilai spiritual, etika, dan tanggung jawab sosial seorang pemimpin. 
Spirit Asta Brata telah menjadi landasan konseptual dan praksis dalam sistem pendidikan kepemimpinan yang diterapkan di sekolah tersebut. 
Melalui integrasi nilai-nilai Asta Brata ke dalam budaya sekolah, tata tertib, keteladanan guru serta pelatihan kepemimpinan militeristik, para siswa mengalami proses pendidikan karakter yang tidak hanya menekankan kedisiplinan dan prestasi akademik, tetapi juga penguatan nilai moral dan spiritual. 
Spirit Asta Brata ini menjadi penggerak utama dalam membentuk kesadaran diri siswa sebagai calon pemimpin yang tidak hanya cakap secara intelektual, tetapi juga berbudi luhur dan tangguh dalam menghadapi persoalan kehidupan. 
Implikasi pendidikan kepemimpinan berbasis Asta Brata di SMA Taruna Mandara telah menghasilkan model (acuan) pembinaan karakter yang kokoh dan integratif dalam mencetak calon pemimpin masa depan. 
Lulusan sekolah ini tidak hanya memiliki kualitas akademik yang baik, tetapi juga menunjukkan kedewasaan emosional, tanggung jawab sosial, serta keberanian untuk memimpin dengan prinsip-prinsip dharma. 
"Hal ini tercermin dalam pola kepemimpinan reflektif yang berkembang di kalangan siswa, serta kemampuan mereka dalam mengambil keputusan dengan mempertimbangkan nilai etika dan moral," ujarnya.
SMA Taruna Mandara yang berlokasi di Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng merupakan sekolah berbasis asrama yang menggabungkan sistem pasraman dan kurikulum modern. Sekolah yang didirikan oleh Made Mangku Pastika, Gubernur Bali periode 2008-2018 ini terinspirasi dari SMA Taruna Nusantara di Magelang dan SMAN Bali Mandara.
SMA Taruna Mandara yang mulai beroperasi sejak 2018 ini hadir untuk memberikan solusi di tengah persoalan krisis karakter yang terjadi di sekolah pada umumnya.
Sedangkan, Promotor Tirtayasa, Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si., menilai disertasi ini memiliki arti penting bagi dunia pendidikan dan penguatan karakter siswa, karena banyak memuat nilai-nilai pendidikan dan kepemimpinan berbasis Hindu.
Demikian pula dengan SMA Taruna Mandara yang telah menerapkan model pendidikan berbasis Asta Brata sangat relevan untuk menyiapkan Generasi Emas 2045.
“Di SMA Taruna Mandara yang para siswanya tinggal di asrama, telah memadukan tradisi pasraman dengan kurikulum modern. Ini salah satu lembaga yang mampu menerapkan nilai-nilai Hindu dalam pendidikan akademis untuk melahirkan generasi unggul,” ujar Prof. Sudiana yang juga Rektor UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini
Ia menambahkan, model pendidikan berbasis Asta Brata sangat relevan untuk menyiapkan Generasi Emas 2045. Siswa diarahkan untuk meneladani delapan sifat kepemimpinan para dewa dalam Asta Brata, sehingga menjadi pemimpin yang disiplin, cerdas, dan berkarakter luhur.
“Sistem pendidikan di SMA Taruna Mandara bisa dikembangkan oleh bupati/wali kota di wilayahnya masing-masing untuk menyiapkan generasi unggul,” ucapnya.
Bahkan, kata Prof Sudiana, program Sekolah Rakyat yang digaungkan oleh Presiden Prabowo juga dapat mencontohkan praktik baik yang sudah diterapkan di SMA Taruna Mandara.
Sementara itu, Made Mangku Pastika yang juga selaku pendiri Yayasan Mandara Sejati mengapresiasi SMA Taruna Mandara telah menjadi objek penelitian dari I Gusti Putu Tirtayasa.
“Sekolah ini baru, yang tentunya masih perlu pengembangan ke depan. Banyak memang teori kepemimpinan, tetapi Asta Brata yang menurut saya yang bisa dipakai di SMA Taruna Mandara,” katanya.
Terkait dengan Sekolah Garuda yang baru-baru ini dikenalkan oleh pemerintah, Pastika ingin mengetahui indikator-indikatornya sehingga nantinya bisa disesuaikan di SMA Taruna Mandara dalam mendidik dan mencetak generasi yang unggul. (GAB/001)