Banner Bawah

Renungan Jelang Pilkada Serentak: Perebutan Kekuasaan Saudara Tiri Rahwana - Kubera

Admin - atnews

2024-08-20
Bagikan :
Dokumentasi dari - Renungan Jelang Pilkada Serentak: Perebutan Kekuasaan Saudara Tiri Rahwana - Kubera
JMA Dr. Ir. I Ketut Puspa Adnyana, MTP (ist/Atnews)

Oleh JMA Dr. Ir. I Ketut Puspa Adnyana, MTP
Rahwana dan Kubera (Kuwera) saudara tiri, ayahnya Rsi Wisrawa. Rsi Wisrawa adalah seorang brahmana siddhi yang bijaksana dan memahami catur veda. Karena itu Kaki Sumali (versi Bali) yang mempunyai anak sepuluh orang sangat ingin menikahkan putrinya yang bernama Dewi Keykesi (Dewi Sukesi) dengan brahmana Wisrawa. 

Tujuannya agar kelak memiliki cucu atau keturunan yang “bijaksana”, sebagaimana Maharaja Asura Hiranya Kasipu atau Maharaja Mahabali, leluhur Kaki Sumali. 

Kecantikan Dewi Kaykesi memikat Rsi Wisrawa untuk menikahinya, namun juga karena kecerdasannya. Rsi Wisrawa juga menikahi seorang istri keturunan brahmana, putri dari Maharsi Bradwaja (ayah Dronacarya), yang bernama Dewi Illawati. Illawati melahirkan seorang putra bernama Kubera (Kuwera, kelak dipuja sebagai Dewa Kekayaan, Bendahara para Dewa).

Kekalahan Rajaasura Sumali melawan Sri Wisnu menyebabkan Kaki Sumali takluk dan kehilangan Alengka kerajaannya. Sri Wisnu mengangkat Brahmana Kubera sebagai Raja Alengkapura, menggantikan Kaki Sumali. Kaki Sumali sangat ingin kelak keturunannya kembali menguasai Alengkapura sehingga ia mencari menantu yang hebat dan termasyur. 

Pernikahan Keykesi dengan Rsi Wisrawa melahirkan tiga orang putra: Rahwana, Kumbakarna, Wibisana dan seorang putri bernama Surpakanaka. Anak-anak Dewi Keykesi ini dalam tradisi Hindu tidak berhak memiliki status atau mewarisi tradisi brahmana, karena Dewi Keykesi bukan brahmana.

Dalam bimbingan ayahnya, Rahwana tumbuh menjadi seorang pemuda gagah yang disebut sebagai “master” Veda, karena Rahwana hafal isi Veda. Ini membuat Rsi Wisrawa dan Keykesi bangga pada anaknya. Rahwana juga sangat disayangi oleh kakeknya, Kaki Sumali, yang mengajarinya berbagai macam tantra, danurdara dan ilmu perang lainnya. Rahwana dan adik-adiknya pemuja Siwa Mahadewa yang fanatik, kecuali Wibisana seorang Waisanawa pemuja Sri Wisnu yang fanatik. Rahwana menganut Siwa yang non kasta, bagi Rahwana tidak ada kelas antar manusia, bagi Rahwana semua manusia berhak untuk memperoleh hak-haknya termasuk mempelajari ajaran Veda.

Ketika Kubera memimpin Alengka, Catur Warna yang prakteknya menjadi kasta sangat ketat. Bangsa Asura digolongkan sebagai “Sudra”, termasuk Rahwana dan adik-adiknya. Kubera tidak mengakui Rahwana Cs sebagai saudaranya, sehingga Rahwana dan ibunya disingkirkan dari Trikota, Istana raja Alengka.

“Engkau bukanlah golonganku hai wanita asura, bawalah anak-anakmu menyingkir dari kerajaanku”, kata Raja Kubera ketika Dewi Keykesi mengingatkan perlakuan Kubera terhadap dirinya dan anak-anaknya. Rsi Wisrawa tidak bisa berbuat apa-apa atas perlakuan anaknya Kubera. Karena memang demikian tersurat dalam Dharmasastra yang ditulis Sri Manu, yang harus ditegakkan. Rahwana yang melihat ibunya terisak dan ayahnya yang diam, bangkit, membusungkan dada.

“Kubera engkau adalah saudara tiriku. Engkau tidak selayaknya memperlakukan ibuku yang dicintai ayah kita berdua. Engkau dan aku memahami isi Veda. Aku pada awalnya atas dasar pemahamanku tentang Veda tidak ada keinginanku untuk menuntut balas atas perlakuanmu. Ini karmaku. Namun engkau Kubera saudara tiriku telah memperlakukan perempuan dengan tidak hormat, Ibumu juga, maka aku bersumpah demi ibuku Dewi Keykesi Putri Maharaja Sumali pada saatnya akan menjatuhkanmu dan mengambil alih kerajaan Alengka untuk ibuku, yang dicintai ayah kita bersama Rsi Wisrawa putra Maharsi Bradwaja yang agung. Ingatlah kata-kataku saudara tiriku Kubera”, kata Rahwana dan memapah ibunya yang terluka, diikuti oleh adik-adiknya yang terhina.

Rahwana sebagai saudara tertua bertanggungjawab atas keselamatan ibu dan adik-adiknya. Rahwana hidup dari satu tempat ke tempat lain. Rahwana juga berguru kepada guru-guru sejati yang termasyur, karena kecerdasannya.

Suatu hari, Rahwana dengan ibu dan adik-adiknya mengunjungi pengasingan Maharaja Asura Mahabali, yang dikalahkan oleh Rsi Cebol Wamana. Melalui mata-matanya akhirnya Rahwana mengetahui persembunyian Maharajaasura Mahabali. Ketika Rahwana memasuki “rumah” Maharaja Mahabali, mereka disambut dengan sukacita.

“Paduka terimalah sembah sujudku, putra dari Ayahku Rsi Wisrawa dan Ibuku Dewi Keykesi. Paduka mengapa engkau nampak sangat ringkih dan tidak berdaya. Engkau adalah raja asura yang dasyat dan menguasai triloka setara dengan Maharaja Hiranyakasipu dan Hiranyaksa. Aku sungguh-sungguh tidak menyangka engkau nampak ringkih seperti ini Paduka”, kata Rahwana memperkenalkan diri, ibu dan adik-adiknya.

“Oh…putri, anakku, ayahmu adalah Raja Asura yang dasyat namun seperti aku juga dikalahkan oleh Sri Wisnu. Janganlah bersedih putriku. Aku tahu anakmu Rahwana akan berhasil dalam cita-citanya. Namun aku juga memahami masa kelam anakmu. Karena itu wahai Pemuda Asura Gagah Perkasa yang menguasai seluruh isi Veda, engkau boleh merebut Trikota namun janganlah hendaknya kamu memusuhi Sri Wisnu. Jadilah seorang waisnawa sepertiku”, kata Mahabali menasehati Rahwana. Rahwana yang berdarah muda dan perkasa bangkit, lalu mendekati Mahabali.

“Paduka…aku sangat memahami situasimu. Namun aku sangat kecewa karena engkau telah kehilangan karakter seorang Asura. Darah muda Rahwana bergejolak dan niatnya untuk menjadi raja Alengkapura semakin kuat meskipun tidak mendapat dukungan dari rajanya yang ia banggakan. Rahwana terus melakukan konsolidasi. Ia meminta izin kakeknya agar pamannya, saudara Dewi Kaykesi bergabung dalam perjuangan memartabatkan Bangsa Asura, sebagaimana leluhurnya di masa lalu. Kekuatan Rahwana semakin mantap, ia mendapat berbagai ilmu kedigdayaan dari Kapiwara Subali, Dewa Brahma, Dewa Siwa Mahadewa. Rahwana mengangkat pamannya Asura Prahastha sebagai penasehat dan juga menteri utama dalam perjuangannya. Setelah merasa mantap Rahwana atas persetujuan Prahastha menyerang dan menggulingkan Raja Alengka Kubera. Kubera tidak mampu melawan kedasyatan Rahwana dan pendukungnya, kemudian mengasingkan diri dan berlindung kepada para dewa (Kubera diangkat menjadi Bendahara).    

Rakyat Alengka bersuka cita. Kota dihiasi dengan berbagai ornamen, lampu-lampu dinyalakan membuat kota Trikota menjadi terang benderang. Bangsa Gandarwa diundang untuk menyiapkan hiburan, demikian juga para apsara, seniman surga. Pesta rakyat dilaksanakan untuk menyambut kemenangan dan jatuhnya Kubera. Para Asura sangat bergembira atas kemenangan bangsanya, terutama karena mereka tidak merasa tertekan lagi oleh kaum waisnawa. Pada masa pemerintahan Raja Kubera di Alengka telah dirancang pembangunan pesawat terbang “Wimana Puspaka” dalam kendali arsitek Wiswakarma. Maharaja Rahwana melanjutkan pembangunan Wimana Puspaka dibawah arsitek Mayasura dan berhasil terbang.

Untuk membangun Alengka yang ibukotanya Trikota, Maharaja Rahwana menyusun Grand Desain Pembangunan Alengka, yang terdiri atas 4 program utama, yaitu: (1) membuat terowongan antarplanet sehingga antara satu bintang dengan bintang lainnya terhubung; (2) melakukan penelitian agar manusia hidup abadi, selalu muda dan tidak pernah sakit serta bebas dari kematian; (3) menghapuskan kasta dan semua orang sama derajatnya; dan (4) bangsa asura harus saling mendukung dan tidak saling menyerang. Grand desain ini disebut Nikumbila. Akhirnya Wimana Puspaka dapat terbang dan digunakan untuk menculik Dewi Sita. Pasca perang Alengka, Wimana Puspaka digunakan untuk mengangkut kembali rombongan Sri Rama dan seluruh pasukan wanara ke daratan Brathawarsa (India sekarang).

Kekalahan Rahwana disertai juga dengan hancurnya Grand Desain Nikumbila yang ambisius, mesikpun Laksama dan Sri Hanuman sangat mengagumi. Kerajaan Alengkapura kemudian dipimpin oleh seorang waisnawa yang sangat setia kepada Sri Wisnu, yaitu Gunawan WIbisana yang juga diajarkan Astha Brataha oleh Sri Rama pada asaat naik tahta.

Dalam kehidupan demokrasi sekarang, setiap orang bebas memiliki kemauan untuk berkuasa yang dilakukan dengan sengaja meskipun tidak memiliki sejarah kepemimpinan. Kepemimpinan adalah bakat yang mengalir dari DNA terus menerus dari satu generasi. Namun pada zaman Kaliyuga ini, seseorang yang tidak memiliki sejarah kepemimpinan banyak menjadi raja, yang akhirnya membawa kesulitan bagi masyarakat. 

Perjuangan memartabatkan harkat manusia, sesungguhnya juga adaah pengornan diri sendiri untuk kepentingan yang lebih luas. Rahwana gagal untuk membahagiakan wanita yang dicintainya, Dewi Keykesi. Namun Kaki Sumali berhasil menjadikan cucunya Bangsa Asura dan berhasil merebut kembali Alengkapura, yang akhirya kembali pada penganut Waisnawa. Kehidupan yang terus bergerak. Rahayu. (*)
Banner Bawah

Baca Artikel Menarik Lainnya : Manfaatkan Tol Laut, Pastikan Stabilitas Harga Bahan Pokok

Terpopuler

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Bali Kebanjiran Timbulkan Kerusakan dan Trauma, Apa Strategi Mitigasi Pasca Rekor Hujan Ekstrem 10 September?

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

Garuda Wisnu Kencana dan Perubahan Sosial di Bali

POM MIGO KAORI

POM MIGO KAORI

Gandhi Jayanthi, Tujuh Dosa Sosial, Ekspresi Masyarakat di Titik Nadir Etika dan Moralitas

Gandhi Jayanthi, Tujuh Dosa Sosial, Ekspresi Masyarakat di Titik Nadir Etika dan Moralitas

Perlindungan Sapi, Selamatkan Lingkungan

Perlindungan Sapi, Selamatkan Lingkungan

Pemuliaan Sapi, Pendekatan Teologi, Bukti Empirik dari Pendekatan Induktif

Pemuliaan Sapi, Pendekatan Teologi, Bukti Empirik dari Pendekatan Induktif