Buleleng (Atnews) - I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi pembangunan mengungkapkan tantangan petani Buleleng.
Ia menyoroti harga cokelat sekarang naik tinggi Rp.100 ribu per kg kering, tetapi tidak ada upaya serius dari Dinas Pertanian untuk peningkatan produktivitas dan perbaikan dalam budi daya perawatan.
Begitu garga kopi lagi bagus, Rp.100 ribu per kg petik merah, tetapu tidak upaya serius membimbing petani untuk peningkatan produktivitas dan kualitas.
Sementara itu, harga vanili jatuh sekitar Rp.35 ribu per kg basah, harga batas bawah normal Rp.100 ribu, tetapi tidak upaya serius untuk menaikkan harga di tingkat petani.
Harga Manggis turun tajam, sekitar Rp.7 ribu di pasar perdesaan, turun tajam pasca tidak ada ekspor ke China. Tidak ada upaya serius pemerintah dalam trobosan pasar luar negeri,seperti yang dilakukan Thailand dan Ethiopia di Afrika. "Kemana Pemda Buleleng?," tanya Sudibya di Buleleng, Rabu (19/6).
Sialtuasi tersebut merupakan penggambaran dari lemahnya penyuluhan pertanian dalam upaya peningkatan produktivitas dan kualitas produk, pemasaran ekspor komoditas yang tidak ditangani dengan baik.
Padahal dari perspektif kebijakan, penentuan komoditas unggulan yang dikelola dari hulu ke hilir, bibit unggul, budi daya yang efisien dan efektif, pemasaraan termasuk pemasaran ekspor direncanakan dan dikelola dengan baik, akan berdampak signifikan bagi peningkatan kesejahteraan petani, termasuk penanggulangan kemiskinan.
Semestinya Pemda Buleleng dan semua stake holders pertanian, amreg parama artha (fokus) pada isu di atas. Tidak terlalu fokus kepada rencana proyek bandara Bali Utara yang "political polluted", "tercemar secara politik, karena terlalu menonjolkan kepentingan politik praktis baca elektabilitas.
Sedangkan proyeknya sendiri belum tentu layak secara ekonomi finansial dan memberikan dampak secara signifikan memperbaiki kehidupan masyarakat lokal.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur Mahendra Jaya, mengapresiasi dan berterima kasih atas upaya nyata pengendalian inflasi dan menjaga ketersediaan bahan pangan lewat penanaman cabai, terong dan budidaya ikan nila. “Terimakasih atas berbagai upaya, aksi program teman-teman khususnya di Buleleng. Luar biasa,” katanya pada acara Panen Bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng di Lahan Perkebunan Pemkab Buleleng, Kelurahan Banyuasri, Kecamatan Buleleng, Selasa (18/06).
Menurut Pj. Gubernur, merupakan hal yang sangat baik dimana lahan di tengah kota seluas 2 hektar yang sebelumnya tidak dimanfaatkan dengan baik berubah menjadi asri dan produktif menghasilkan komoditas pangan. “Saya kira ini upaya kita bersama untuk mewujudkan ketahanan pangan, menjaga ketersediaan pangan, hingga keterjangkauan harga,” katanya. “Apalagi kita ingin juga petani di Bali, bisa tersenyum,” tambahnya.
Terlebih menurut pria kelahiran Singaraja, Buleleng ini, komoditas seperti cabai yang ditanam di lahan tersebut merupakan salah satu komoditas penting yang sangat berpengaruh pada angka inflasi di Indonesia, khususnya di Bali. “Cabai ini penting sekali, kalau harganya naik tinggi akan berpengaruh pada inflasi. Rupanya jika harganya mahal dan ketersediaan kurang masyarakat gelisah,” terangnya.
Inflasi di Buleleng menurut Pj Gubernur juga cukup terjaga dengan angka year on year 2, 98 dan month to month berada di angka deflasi 0,33 Bulan Mei lalu. “ Kalau di kabupaten /kota di Bali inflasi rendah dan terkendali, kita bisa lebih tenang. Secara umum di Bali deflasi 0,10 dan astungkara kita yakin hingga Desember bisa terjaga inflasinya kisaran 2,5 hingga 1, dengan catatan month to month tidak lebih dari 0,22,” jelasnya. “Sehingga kita bisa memenuhi target pemerintah pusat. Saya yakin dengan upaya dan kerja bersama kita pasti bisa,” tambahnya.
Arahan Presiden RI Joko Widodo juga dikatakan Pj. Gubernur agar daerah menaruh perhatian lebih pada tingkat inflasi karena diperkirakan akan ada perubahan iklim berupa kemarau panjang. “Harus antisipasi, air jangan begitu saja terbuang ke laut. Kalau bisa ditampung dan bisa dipergunakan untuk pengairan di sawah kita,” tukasnya.
Sementara itu, Pj. Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana dalam sambutannya menyampaikan bahwa lahan seluas dua hektar yang digunakan untuk penanaman bibit cabai, bibit terong ungu hingga kolam ikan nila merupakan aset Pemkab Buleleng yang selama 18 tahun hanya ditumbuhi semak belukar. “Lokasinya sangat strategis di tengah kota, kita jadikan sebagai lahan pertanian di kota dan ditanami tanaman yang jadi bagian dari upaya kita dalam pengendalian inflasi,” cetusnya.
Tanaman yang ada menurut Lihadnyana dikelola sepenuhnya oleh pegawai pemerintahan di lingkup Kabupaten Buleleng dan hasilnya akan disalurkan ke pasar-pasar seputaran Kota Singaraja.
Dalam kesempatan tersebut, Pj. Gubernur Mahendra Jaya yang juga didampingi Ny. drg. Ida Mahendra Jaya, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra dan sejumlah kepala perangkat daerah di lingkungan Pemprov Bali, turun langsung memetik komoditas berupa cabai dan terong ungu. Selain itu, juga dilaksanakan panen ikan nila yang total menghasilkan 150 kg ikan.
Sedangkan, Presiden Joko Widodo mendorong integrasi kerja dari pemerintah pusat dan daerah dalam mengendalikan inflasi. Apalagi, Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan peringatan bahwa saat ini dunia mengalami perubahan iklim dengan gelombang panas yang tinggi yang akan berpengaruh pada urusan pangan.
“Di India bahkan sampai 50 derajat celcius, di Myanmar 45,8 derajat celcius, panas sekali. Kalau orang panas mungkin bisa masuk ke rumah, berteduh bisa, tapi urusan pangan. Hati-hati masalah ini,” ucap Presiden dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2024, pada Jumat, 14 Juni 2024, di Istana Negara, Jakarta.
Untuk itu, Presiden meminta agar perencanaan dalam menghadapi gelombang panas tinggi harus dikalkulasi dan diantisipasi dari sekarang. Hal ini guna menghindari kekeringan yang akan berpengaruh terhadap produksi pangan nasional.
“Diperkirakan 50 juta petani akan kekurangan air, enggak ada air dan akan masuk pada tadi kekurangan pangan. Artinya apa, jangan main-main urusan kekeringan, jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya nanti bisa ke inflasi,” lanjutnya.
Dalam tiga bulan terakhir, Presiden telah menginstruksikan Kementerian Pertanian dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bekerja sama dengan Panglima TNI untuk memasang sejumlah pompa air di daerah. Pompa tersebut nantinya digunakan untuk mengairi sawah para petani.
“Mungkin 20-an ribu pompa akan kita pasang di daerah-daerah yang memiliki produksi utamanya beras, tapi bukan hanya beras saja, utamanya beras. Pompa dari sungai naikkan ke atas untuk mengairi sawah. Baik itu sungai besar, maupun sungai sedang, sungai kecil semuanya manfaatkan air jangan biarkan air terus masuk ke laut,” tambah Presiden
Selain itu, Kepala Negara juga mendorong pemerintah daerah untuk meningkatkan sistem pertanian menjadi lebih modern dengan menggunakan sistem smart agriculture terutama untuk produk pangan unggulan. Menurut Presiden Jokowi, investasi juga diperlukan untuk membangun industri pengolahan sehingga nilai tambah produksi pertanian meningkat.
“Undang investasi untuk membangun industri pengolahan, untuk membangun pabrik pengolahannya, sehingga nilai tambah dari setiap produksi yang ada di pertanian, perkebunan kita menjadi berlipat. Bangun juga sistem distribusi yang terintegrasi,” katanya.
“Undang investasi untuk membangun industri pengolahan, untuk membangun pabrik pengolahannya, sehingga nilai tambah dari setiap produksi yang ada di pertanian, perkebunan kita menjadi berlipat. Bangun juga sistem distribusi yang terintegrasi,” katanya.
Meski demikian, Presiden mengingatkan pemerintah daerah untuk tetap waspada dan berhati-hati dengan memonitor secara langsung pertumbuhan ekonomi di lapangan. Hal ini dikarenakan dampak dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi dirasakan secara langsung oleh rakyat.
“Sekarang inflasinya 2,84 (persen), growth, pertumbuhan ekonominya 5,11 persen. Nah ini segar kalau seperti ini. Tapi kita harus tetap waspada, hati-hati tidak boleh lengah tantangan ke depan tidak mudah,” lanjutnya. (GAB/001)