Denpasar (Atnews) - Semua Sulinggih sama dan setara mendapatkan kedudukan tinggi di hati umat Hindu karena telah mencapai kesucian lahir batin dalam tingkatan dwijati, Dwijati artinya lahir dua kali, lahir pertama adalah dari rahim ibu, Lahir kedua adalah lahir dari Veda, yang sering juga disebut Dewa Nyekala.
Untuk itu, kegiatan Sima Krama Sulinggih Bali Doa dilakukan secara Bersama-sama oleh semua sulinggih, walaupun Sebagian sulinggih mempersilahkan Ida Pedanda Gde Bang Buruan Manuaba selaku Dharma Adyaksa PHDI Pusat untuk memimpin puja, tetapi beliau tetap mengharapkan doa Bersama karena semua sulinggih sama di mata Tuhan, bahkan memukul gong yang mencerminkan kedamaian pun dipukul secara Bersama-sama, dalam kegiatan Sima Krama Sulinggih Bali dalam Melaksanakan Hasil Mahasabha yang dilaksanakan dengan semangat vasudeva kutumbhakam, di Aula Kampus UNHI yang dihadiri Ratusan Sulinggih dan Walakanya, Minggu (06/03/2022).
Ketua Umum Pengurus Harian Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat Mayjend (purn) Wisnu Bawa Temaja mengharapkan semua umat besatu padu dalam do’a dan yadnya, sehingga terbagun sebuah sinergitas dalam mencapai tujuan agama Hindu Mokshartham Jagadhita. Sehingga semua elemen masyakat hendaknya bersatu padu dalam memberi panduan kepada umat dalam mencapai tujuan Agama Hindu. Dalam konteks Bali, Gubernur, Majelis Desa Adat, Desa Adat dan PHDI baik itu pengurus harian, Sabha Walaka dan Sulinggih. Kegiatan seperti saat ini membangun kebersamaan Langkah para Sulinggih sangat perlu diduplikasi dan dilakukan dalam berbagai tingkatan untuk membangun kebersamaan.
Dengan dicabutnya perlindungan kepada sampradaya dalam AD ART PHDI maka tidak ada lagi perbedaan pandang dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada Umat Hindu. Maka umat Hindu di Bali Khususnya dan Nusantara umumnya harus focus dalam membangun diri menuju manusia Hindu yang berkarakter Pancasila," pungkas WBT.
Sulinggih sebagai perwujudan Tuhan di dunia Nyata, mendapat tempat yang tertinggi di mata Umat Hindu, sehingga dalam pelaksanan kehidupan sehari-hari soorang sulinggih hendaknya mampu meninggalkan hal-hal yang sifatnya keduniawian dan satu pada tujuan yaitu memujaNYa demikian diungkapkan oleh Prof. Dr. drs. I Made Surada, M.A. mewakili Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat. Jika sulinggih sama dalam tujuan yaitu memuliakan Ida Sanghyang Widhi Wasa maka akan berjalan dalam harmoni. Sulinggih dalam menjalankan kehidupan sehari-hari hendaknya tetap bepedoman kepada Wedha. Sabha Walaka PHDI memiliki tugas melakukan kajian-kajian secara akademis atas fenomena-fenomena yang berkembang di masyarakat, hasil kajian tersebut diserahkan kepada Sabha Pandita untuk diputuskan menjadi sebuah keputusan atau Bhisama, sehingga setiap keputusan yang diambil menjadi sebuah keputusan dengan kajian yang matang.
Simakrama Sulinggih Bali ini untuk kali pertama dilakukan di Bali ini memiliki nilai yang sangat strategis, karena diakui maupun tidak bahwa sampai saat ini Bali menjadi Pusat Agama Hindu di Indonesia. Sebagai pusat Agama Hindu di Indonesia sudah selayaknya umat Hindu luar Bali belajar ke Bali, segala kebaikan Hindu ada di Bali, sehingga harmoni Hindu di Bali harus tetap dijaga, sehingga saya tetap bangga untuk belajar Hindu di Bali jauh-jauh dari tanah Pasundan," tegas Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba. Dari peserta simakrama juga muncul beberapa tugas berat Sulinggih dalam membina umat Hindu, sehingga sulinggih perlu turun gunung untuk memberi pembinaan kepada umat. Mengingat beratnya tugas sulinggih, sehingga keberadaan sulinggih perlu mendapat perhatian PHDI dan pemerintah, seperti misalnya dalam menjaga Kesehatan, karena belum semua sulinggih dilindungi BPJS sehingga dalam berobat menggunakan biaya sendiri.(z/ART/001)